Bantul // suaraglobal.co.id
Pentas Rebon Taman Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta (TBY DIY) tahun 2025 berlangsung di Consert Hall TBY DIY Jln. Sri Wedani 1 Yogyakarta pada hari Rebo Wage, 11 Juni 2025 jam 19.00 WIB. Pertunjukan yang ditampilkan Kethoprak, Teater dan Dagelan Mataram. Bidang pertunjukan teater akan menyajikan lakon Topeng Menjelang Fajar gubahan Syamsu Setiaji dan Nur Iswantara.
Kepala UPT TBY DIY, Ibu Dra. Purwiati memberikan keterangan bahwa Pentas Rebon TBY DIY pada tahun 2025 tetap dilaksanakan karena merupakan salah satu program kegiatan unggulan yang mendapat perhatian Masyarakat dengan bagus sejak tahun 2021. Ada tiga bidang yakni Kethoprak, Teater dan Dagelan Mataram. Di hari Rabu (11.6.2025) menampilkan kethoprak lakon Kembang Bangke, teater judul Topeng Menjelqng Fajar dan Dagelan Mataram cerita Jumbo (Jumpa di Bong).
Bidang seni teater mementaskan lakon Topeng Menjelang Fajar karya Syamsu Setiaji dan Nur Iswantara. Komunitas Teater Laskar Palbapang yang mewakili Kabupaten Bantul akan tampil penuh totalitas. Pentas Rebon tahun 2025 bidang teater dari komunitas Teater Saka mewakili Kotamadya Yogyakarta mementaskan Keroncong Malam Pasar Kembang (26.2.2025) karya Badjoeri Doellah Joesro dengan sutradara Dinar Saka. Pentas teater yang kedua, komunitas Sanggar Seni Seneng Seni mewakili Kabupaten Kulon Progo lakon Perempuan-Perempuan (7 .5.2025) karya Teguh Priyono sutradara Fajar Dwi A, S.Pd. Dan pentas ketiga dari komunitas teater Laskar Palbapang mementaskan lakon Topeng Menjelang Fajar (11.6.2025) karya Syamsu Setiaji dan Nur Iswantara dengan sutradara Anggung Kidung Pinurba.
Lakon Topeng Menjelang Fajar mengangkat konflik batin dan kutukan spiritual akibat perjanjian gelap seorang pejabat korup dengan makhluk gaib. Cerita berpusat pada Pak Hardo, seorang anggota dewan berusia 56 tahun, kaya raya, namun menyimpan rahasia kelam. Ia memperoleh kekayaan melalui perjanjian dengan makhluk jahat bernama Kala Brahala, yang menuntut tumbal dari keluarganya setiap tahun pada malam Jumat Kliwon menjelang fajar. Saat waktu persembahan semakin dekat, Pak Hardo dihantui rasa bersalah dan ketakutan karena tumbal selanjutnya adalah anak perempuannya yang tersisa, Nadia. Untuk menghindari pengorbanan putrinya, ia berusaha menipu dengan menculik Sekar, perempuan muda mantan tim suksesnya, dan berniat menjadikannya tumbal pengganti. Namun rencana ini gagal karena roh jahat tersebut hanya menerima darah keluarga kandung sebagai persembahan. Konflik semakin tegang ketika Panji, aktivis muda dan kekasih Sekar, berusaha menyelamatkannya. Dengan keberanian dan kecerdikan, Panji berhasil menggagalkan ritual sesat Pak Hardo dan membebaskan Sekar dari kuasa Pak Hardo.
Komunitas Laskar Palbapang yang disesepuhi Mas Syamsu Setiaji dalam Pentas Rebon TBY DIY dengan tim produksi dan tim artistik begitu solit. Pimpinan Produksi Dhanik Suratno; Penata artistik: Prayitno; Lighting-sound : Dede, Adon, Sakti; Crew: Ibnu, Rio, Tyo, Tembong; Penata musik: Refa Sudrajat. Pemeran: Agus Tri, Santo Angsa, Widya Colang, Sahnia Safa, Akung Syamsu, Wildan Caem, Sukaptiran, Hastari, Santika, Marhaban Mua. Pentas Rebon TBY DIY kali ini dengan penyusun materi/naras umber: Dr. Drs. Nur Iswantara, M.Hum. dan Eko Winardi, S.Sn.
Anggung sebagai sutradara mampu mewujudkan pertunjukan yang sarat dengan nilai moral, kritik sosial, dan pesan kemanusiaan yang kuat. Naskah ini tidak hanya menghadirkan konflik batin seorang pejabat korup, tetapi juga menggambarkan dampak destruktif dari keserakahan, kekuasaan, dan pengkhianatan terhadap keluarga dan rakyat. Melalui unsur mistik dan simbolik seperti perjanjian gaib dan tumbal, cerita ini menyentil realitas sosial dan politik yang relevan dengan kondisi masyarakat saat ini.
Naskah Topeng Menjelang Fajar karya duo dramawan asal Bantul, Syamsu Setiaji dan Nur Iswanatara menyampaikan pesan moral yang kuat tentang akibat dari keserakahan dan ambisi buta, yang mengorbankan tidak hanya pelaku, tetapi juga orang-orang terdekatnya.
Ada penyalahgunaan kekuasaan dan pentingnya tanggung jawab moral, menunjukkan bahwa korupsi dan pengkhianatan akan membawa kehancuran dan karma yang tak terelakkan. Di sisi lain, lakon ini juga menonjolkan keberanian dan semangat perlawanan generasi muda, seperti yang digambarkan oleh Panji dan Sekar, yang berjuang untuk melawan ketidakadilan dan menyelamatkan korban dari kejahatan yang tak terlihat. ( Suara Global – Tito Pangesti Adji).