Agama

Pentingnya Menyambut Tahun Baru Islam Menurut Tiga Ulama Kharismatik Asal Jombang

178
×

Pentingnya Menyambut Tahun Baru Islam Menurut Tiga Ulama Kharismatik Asal Jombang

Sebarkan artikel ini

Jombang // suaraglobal.co.id — Ketua PAC PERGUNU Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang, yang akrab disapa Gus Faiz, menyampaikan pesan spiritual penting dalam menyambut Tahun Baru Islam.

Dalam wawancara eksklusif bersama redaksi suaraglobal.co.id di kediamannya, Gus Faiz menekankan bahwa pergantian tahun Hijriah bukan sekadar peralihan angka dalam kalender, melainkan momentum reflektif untuk memperkuat keimanan dan memperdalam makna hidup sebagai hamba Allah SWT.

Gus Faiz menguraikan bahwa manusia hidup dalam tiga dimensi waktu yang saling terkait : masa lalu, masa kini, dan masa depan. Ketiga dimensi ini, menurutnya, membentuk karakter, jati diri, dan personal branding seseorang.

“Masa lalu menyimpan pengalaman berharga—baik keberhasilan maupun kegagalan. Masa kini adalah ruang untuk bertindak dan menentukan arah hidup. Sedangkan masa depan adalah harapan yang diraih melalui niat, tekad, dan usaha yang konsisten,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa waktu dan ruang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Selama manusia hidup di alam semesta, ia akan terus berada dalam pusaran waktu yang terus bergerak maju tanpa bisa diulang.

Tiga Teladan Tokoh Islam dari Jombang

Untuk menyambut Tahun Baru Islam dengan makna yang mendalam, Gus Faiz mengajak umat Islam untuk meneladani tiga tokoh besar asal Jombang yang telah mewarnai pemikiran Islam Indonesia bahkan dunia : Nurcholish Madjid (Cak Nur), KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun).

Ketiga tokoh tersebut dikenal tidak hanya karena keluasan ilmunya, tetapi juga karena integritas, perjuangan, dan keteladanan moral yang telah mereka wariskan.

Berikut tiga pesan penting dari masing-masing tokoh yang dinilai relevan dalam menyambut Tahun Baru Hijriah :

1. Nurcholish Madjid (Cak Nur): Tahun Baru Adalah Momentum Pembaruan Diri

Cak Nur menekankan pentingnya menjadikan pergantian tahun sebagai momen introspeksi dan refleksi. Ia mengajak umat Islam untuk memperbarui niat dan memperkuat tekad dalam memperbaiki diri serta lingkungan sosial. Menurutnya, tahun baru tidak cukup dirayakan secara seremoni, tetapi harus diwujudkan dalam perubahan nyata pada sikap dan perilaku.

2. KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur): Rawat Nilai Kemanusiaan dan Persatuan

Bagi Gus Dur, Tahun Baru Islam adalah waktu untuk memperkuat rasa syukur, membangun persatuan, dan memperjuangkan perdamaian. Ia selalu menekankan pentingnya menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan kesetaraan. Tahun baru adalah momentum untuk memperkuat solidaritas sosial dan memperjuangkan hak-hak semua golongan.

3. Emha Ainun Nadjib (Cak Nun): Hindari Euforia, Dalami Makna Waktu

Cak Nun mengingatkan agar umat tidak terjebak dalam euforia kosong. Tahun baru seharusnya menjadi waktu untuk kontemplasi, muhasabah, dan memperdalam rasa syukur. Ia menekankan bahwa waktu adalah amanah ilahi, dan setiap pergantian waktu merupakan kesempatan untuk tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik, lebih bijak, dan lebih bertanggung jawab.

Penutup :

Pesan-pesan dari tiga tokoh kharismatik asal Jombang ini menjadi pengingat sekaligus panduan moral dalam menyambut dan menjalani Tahun Baru Islam. Momentum 1 Muharram bukan sekadar tradisi, tetapi panggilan spiritual untuk berhijrah—berubah ke arah yang lebih baik, baik dari sisi pemikiran, sikap, maupun tindakan.

Semoga Tahun Baru Hijriah ini menjadi awal yang penuh berkah dan membawa transformasi positif bagi umat Islam di seluruh penjuru dunia.

REPORTER : HERLAMBANG

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *