Budaya

Dua Wakil Menteri Kabinet Merah Putih Bicara Seni Sebagai Alat Diplomasi

50
×

Dua Wakil Menteri Kabinet Merah Putih Bicara Seni Sebagai Alat Diplomasi

Sebarkan artikel ini

Yogyakarta//suaraglobal.co.id – Bertempat di Concert Hall Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Jln. Parangtritis Km. 6,5 Sewon Bantul pada Selasa, 8 Juli 2025 pukul 08.00-13.00 WIB menggelar Seminar Nasional (semnas) dalam rangka Dies Natalis ke-41. “Art and Diplomacy” atawa Seni dan Diplomasi dalam memperkuat Jejaring Seni Mewujudkan World Clasas University.
Dua Wakil Menteri Kabinet Merah Putih dibawah Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menjadi keynote speaker. Pembicara kunci pertama H.E. Arif Havas Oegroseno, S.H., LL.M. (Wakil Menteri Luar Negeri RI) dan Prof. Stella Christie, Ph.D. (Wakil Menteri Diktisaintek RI).

Rektor ISI Yogyakarta, Dr. Irwandi, S.Sn., M.Sn., didepan tamu undangan seminar nasional dalam rangka Dies natalis ke-41 ISI Yogyakarta penuh semangat dan meyakinkan menyampaikan kinerja Dosen dan mahasiswa dibidang akademik, kegiatan seni dan prestasi yang telah dicapai civitas akademika kampus seni tertua di Indonesia ini.
Mas Rektor Irwandi, mengucapkan terimakasih kepada dua wamen tersebut. Semnas juga mengundang tiga pembicara ahli: Phillip Augier, Kolektor Seni Asia-Pasifik, co-founder Museum Pasifika Bali; Helly Minarti, Ph.D. , Peneliti Seni, FOUNDER a Collaborative research platform on choreography; Kurniawan Saputro, Ph.D., peneliti dan Staf Pengajar Pascasarjana ISI Yogyakarta. Moderator Dr. Mikke Susanto, M.A., sekaligus sebagai ketua panitia seminar nasional kali ini.
H.E. Arif Havas Oegroseno, S.H., LL.M., Wamen Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, karena ada tugas lain belum dapat hadir di kampus ISI Yogyakarta. Bapak Oegroseno dalam paparan yang ditayangkan pada giant screen, dihadapan peserta semnas mengatakan sangat senang dapat berpartisipasi dalam Dies Natalis ke-41 ISI Yogyakarta. Hal yang dimiliki bangsa Indonesia dalam konteks diplomasi yakni keragaman: etnis, seni, budaya, bahasa, adat istiadat dan demografi. Faktor tersebut sangat memiliki kekuatan dalam diplomasi secara nyata di berbagai negara di belahan benua.
Sewaktu Bapak Oegroseno bertugas di Brussel Jerman pernah mengadakan workshop tari Kecak. Selain seni tari, kain yang memiliki seni khas seperti batik, tenun; Bahasa dengan cerita, novel, kuliner Indonesia pun sangat kuat untuk digunakan sebagai sarana diplomasi. Pada kesempatan ini wamenlu sangat berharap ISI Yogyakarta untuk membuat design dokumentasi seni Indonesia. Jika ada dokumentasi seni dapat sebagai blueprintt dalam diplomasi ke bebagai negara yang selama ini belum terjangjau. Kita dapat menjangkau ke negara-negara di Amerika Tengah, Amerika Latin, Afrika Selatan, dan negara-negara lainnya. Terimakasih pak wamenlu, smoga seni dan diplomasi menjadikan seni diplomasi lebih menjadikan Indonesia eksis sebagai negara yang berbudaya.

Wamendiktisaintek RI, Prof. Stella Christie, Ph.D. tema semnas Dies natalis ke 41 ISI Yogyakarta “seni dan diplomasi” sangat tepat. Menurut Prof Stella, seni itu hakikatnya mampu menjadi alat diplomasi. Seni merupakan kekayaan Bangsa Indonesia yang luar biasa. Bagaimana seni menjadi bagian diplomasi negara diperlukan strategi dalam pengelolaannya.
Urgensi seni dan budaya Indonesia itu nyata. Sebuah negara lebih dikenal warga bangsa lain melalui seni, bahasa dan budayanya. Profesor Stella Christie, seorang ilmuwan kognitif, merupakan lulusan Harvard University untuk gelar sarjana dan Northwestern University untuk gelar doktor (Ph.D) dalam bidang psikologi kognitif. Ia juga pernah menjadi peneliti pascadoktoral di The University of British Columbia. Saat ini, beliau menjabat sebagai Guru Besar di Tsinghua University, China.
Ungakap Prof Stella, Indonesia itu memiliki keragaman Bahasa ke dua stelah Papua Nugini. Apa yang dipikirkan manusia tentang diplomasi kebudyaaan? Ketika Prof Stela mengajak peserta mengenali seni dengan menyebut nama negara, spontan peserna semnas menyambut dengan antusias. Jepang-susi, samurai; Argentina – bola, etc. Disitulah manusia seni dan budaya tak terpisahkan. Seni diplomasi kuncinya struktur, dari seni dan budaya agar diketahui, disebar ke dunia.
Bahkan Prof Stella dengan tegas,s. Saya sangat mendukung ISI Yogyakarta art connectinity. Perguruan Tinggi Seni yang utama mengembangkan seni budaya ebagai alat diplomasi. Rekognisi dari seni budaya harus menjadi utama. Lulus Ilmu Seni dari ISI Yogyakarta punya ijazah. Ijazah sebagai token ekonomi yang menunjukkan kemampuan khusus lebih dari pemiliknya. Sehingga struktur untuk sertifikasi sangat urgent. ISI Yogyakarta bisa menjadikan Teori seni-budaya dan portabilitas.
Belajar piano ada teori musik. Nah bagaimana dengan belajar Gamelan, Wayang kembangkan ciptakanlah. Di Jepang Kabuki secara teori dan praktiknya mendunia. Ayo ISI Yogyakarta terus kembangkan teori-teori seni Indonesia. Formalitas teori sudah waktunya disebarkan. ISI Yogyakarta sebagai perguruan tinggi seni penting perannya. Semangat dan tujuan ISI Yogyakarta jangan angan=angan tetapi harus terjadi.
Bangunlah ISI Yogyakarta dengan kepercayaan diri. Lewat bentuk yang portabel. Contoh cerita wayang tidak mudah didapat di pasaran. Di Havard yang terkenal Bangunan Gedung Seni Pertunjukan dan Perpustakaan ISI Yogyakarta dapat menstruktur seni dan.budaya menjadi alat diplomasi penuh makna bagi bangsa Indonesia. *
Penulis: Nur Iswantara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *