Budaya

Tembang Lir Ilir Berkumandang Dipanggung Musik Dunia

26
×

Tembang Lir Ilir Berkumandang Dipanggung Musik Dunia

Sebarkan artikel ini

Yogyakarta // suaraglobal.co.id

Sebanyak 20 kelompok musik dari kawasan Asia Pasifik hadir menjadi pengisi acara pada event Asia Pasific Music Festival [APMF] di Fujian China, yang di selenggarakan pada 4 – 6 Oktober 2025.

Ki Ageng Ganjur (KAG), kelompok musik kreatif – akulturatif dari Yogyakarta, mendapat kesempatan tampil pada hari pertama session kedua, 4 Oktober jam 16.30-17.30.

Penampilan Ki Ageng Ganjur (KAG) dibuka dengan komposisi “Sound of Peace” karya Dwiki Dharmawan. Suatu komposisi musik yang memadukan unsur gamelan dan Barat dengan nuansa Timur Tengah, Nusantara dan Eropa.

Komposisi ini mencerminkan terjadinya dialog yang sejajar dan seimbang antara Barat dan Timur, antara Tradisional dan modern. Spirit perdamaian terkandung dalam komposisi ini sehingga dinamai “Sound of Peace”.

Ketika lagu Lir Ilir dinyanyikan para penonton tertegun sambil bergoyang mengikuti irama musik, meskipun mereka tidak faham lirik lagu yang dinyanyikan.

Puluhan ribu penonton yang hadir pada saat itu, seperti larut dalam komposisi musik yang dimainkan oleh KAG.

Mereka tertegun mendengar komposisi musik yang unik, yang memadukan unsur jazz dan blues dengan gamelan Bali dan langgam jawa.

Selain tembang Jawa Lir – Ilir, KAG juga membawakan lagu – lagu daerah yang dinyanyikan secara medley dengan komposisi yang variatif.

Animo penonton makin meningkat ketika KAG membawakan lagu-lagu rock dengan nuansa etnik Nusantara. Lagu “Wind of Change”, “Sweet Child o Mine”, dan “Heal The World” dibawakan dengan komposisi yang unik dan kreatif, memadukan lead gitar, keyboard dan saxophone dengan gamelan, angklung dan suling bambu.

Sambutan penonton makin meriah ketika KAG membawakan lagu China berjudul “Yue Lioang Dai” dan “Tian Mi mi”

Kedua lagu ini juga diaransemen dengan sentuhan musik etnik Nusantara yang menggunakan gamelan, suling, angklung dan gendang.

Hampir seluruh penonton yang hadir di lapangan Mazu Meizhou Square sore itu serentak bergoyang dan nyanyi bersama ketika lagu tersebut dinyanyikan.

Selain mendapat sambutan dan apllause penonton yang meriah, KAG juga mendapat apresiasi yang sangat baik dari panitia.

Mrs. Liu salah seorang supervisor dari event tersebut segera menyambut para musisi KAG saat turun panggung, menyalami dan memeluk satu persatu seluruh musisi dan crew sambil terus mengucapkan terima kasih.

“Wonderful and Interesting perform. It’s beautiful and verry impresisive music,” demikian kata Mrs. Liu sambil terus menyalami para musisi KAG.

Tanggapan yang sama juga disampaikan oleh Mr. Tao, manager promosi event APMF tahun ini. Menurut Mr. Tao, penampilan KAG kali ini memberikan warna lain dari festival musik tahun ini.

Dengan kehadiran KAG warna festival kali ini menjadi lebih variatif karena ada sentuhan unsur etnik-tradisional.

“Sentuhan nuansa etnik-tradisional yang dimasukkan dalam komposisi musik moderen membuat warna musik menjadi semakin unik dan menarik,” jelas Mr. Tao.

Sementara itu Mr. Li Pei Feng dari Cheng Ho Museum yang menjadi inisiator dan sponsor KAG dalam event ini juga merasa puas atas penampilan KAG.
Mr. Li menyatakan, penampilan KAG di event ini merupakan jembatan kebudayaan antara Indonesia dan China.

Melalui event ini KAG telah memperkenalkan musik dan budaya Indonesia kepada masyarakat dunia, khususnya masyarakat China.

“Saya akan terus memperkenalkan KAG dan budaya Islam Nusantara (NU) kepada masyarakat China. Kami berharap Ki Ageng Ganjur dapat kembali ke China dan memperkenalkan budaya Islam Nusantara di sini,” kata Mr. Li kepada Ngatawi Al Zastrouw, pimpinan Ki Ageng Ganjur.

Rasa puas atas suksesnya penampilan KAG di ajang APMF ini juga disampaikan oleh Al-Zastrouw selaku Ketua Tim (Team Leader) Misi Kebudayaan KAG ke China.

Zastrouw merasa bersyukur dan bangga karena komposisi musik yang ditampilkan oleh KAG mendapat sambutan dan apresiasi tinggi dalam event internasional.

“Kami tidak mengira akan mendapat respon dan apresiasi sebesar ini saat kami membawakan lagu daerah Nusantara. Kami juga tidak mengira komposisi dengan sentuhan etnik-tradisional dapat menarik perhatian penonton di sini. Ini benar-benar surprise bagi kami,” kata Zastrouw.

Apresiasi dan sambutan meriah masyarakat internasional terhadap tembang lir-ilir dan lagu-lagu daerah di panggung musik dunia menjadi bukti bahwa lagu-lagu tradisional dapat berdiri sejajar dengan musik rock karya musisi besar.

Hal ini juga membuktikan bahwa musik tradisional dapat diterima oleh publik modern asal di kontruksi dan aktualisasi secara kreatif dan inovatif.

“Saya bersyukur misi kebudayaan yang dibawa Ki Ageng Ganjur kali ini dapat terlaksana secara sukses dan lancar. Saya juga merasa bangga musik etnik Nusantara dapat bergema di panggung internasional dan diterima masyarakat dunia,” pungkasnya.

*/ Foto – foto dok KAG

( Tito Pangesthi Adji )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *