Lamongan//suaraglobal.co.id
Nyawa seseorang memang Tuhan yang menentukan, akan tetapi manusia masih diwajibkan untuk berikhtiar dalam hal penyembuhan disaat menderita sakit.
Jika pasien dirawat di Rumah Sakit, maka peran Dokter menjadi dominan atas penyembuhan penyakit seseorang.
Kasus meninggalnya Inda Kusuma Wardhani (4), pasien pascaoperasi usus buntu di Rumah Sakit Muhammadiyah Babat mendapat sorotan tajam dari Komisi D DPRD Lamongan.
Politisi PDIP, Erna Sujarwati, menilai kejadian ini bukan kasus tunggal. Ia menyebut, beberapa pasien lain yang ditangani dokter yang sama juga mengalami infeksi serius, bahkan satu di antaranya meninggal dunia.
“Ini bukan kejadian pertama. Beberapa pasien mengalami infeksi berat usai tindakan bedah oleh dokter ini. Satu di antaranya sudah meninggal,” kata Ketua Fraksi PDI Perjuangan Lamongan, Erna Sujarwati saat dihubungi, Selasa (6/5/25).
Erna menjelaskan, keluarga Inda sempat kesulitan saat kondisi Inda memburuk meski sempat dirawat di rumah oleh perawat RSU Muhammadiyah Babat. Inda akhirnya dilarikan ke RSUD dr Soegiri Lamongan dan langsung masuk ICU.
“Kami sampai kejar-kejaran waktu. Bupati, Dinsos, Dinkes, semua turun tangan agar Inda bisa dirujuk ke RSUD dr Soetomo Surabaya,” ujar Politisi PDIP asal Kedungpring itu.
Inda akhirnya dirujuk ke RSUD dr Soetomo Surabaya pada 21 April 2025 dalam kondisi kritis akibat infeksi yang sudah menyebar. Ia sempat menjalani dua kali operasi laparatomi, namun nyawanya tidak tertolong. Inda meninggal pada Sabtu, 3 Mei 2025.
Erna mendesak manajemen RSU Muhammadiyah Babat dan RSUD dr Soegiri Lamongan untuk mengevaluasi kinerja dokter spesialis, terutama mereka yang memiliki rekam jejak kurang baik.
Sementara itu, Ketua IDI Cabang Lamongan, dr Budi Himawan, menegaskan perlunya membedakan antara komplikasi medis dan kelalaian. Ia menyebut, hingga kini IDI Lamongan belum menerima laporan resmi terkait dokter spesialis bedah yang bersangkutan.
Sebelumnya, keluarga korban, Mutmainnah, nenek Inda, menceritakan cucunya menjalani operasi usus buntu pada 7 April 2025 di RSU Muhammadiyah Babat. Enam hari kemudian Inda dipulangkan meski jahitannya belum pulih sempurna. “Dari jahitan keluar cairan dan bau, kesadarannya juga menurun,” ujarnya.
“Kondisi Inda semakin memburuk hingga akhirnya dibawa ke RSUD dr Soegiri Lamongan pada 18 April 2025 dan langsung masuk ICU” kata Mutmainnah.
Ia mengaku kecewa dengan penanganan yang lambat dan berharap kasus serupa tidak terulang. Red