Uncategorized

Lanjutan Dialog Antigone Penggabungan Antar Disiplin Seni Pada Teater Intermedial

20
×

Lanjutan Dialog Antigone Penggabungan Antar Disiplin Seni Pada Teater Intermedial

Sebarkan artikel ini

Yogyakarta // suaraglobal.co.id ~

Bagian kedua

Mise en scene merupakan seni penyusunan dan penataan berbagai elemen visual dalam pertunjukan teater dan film.

Dari kacamata ini, penggarapan pertunjukan teaternya, bagus. Semua dipersiapkan dengan matang.

~ Setting : sangat terbantu dengan penggunaan mapping project. Tidak membangun sett secara fisik materi memasukkan benda – benda ke panggung, tapi terwakili dengan digital mapping.
Salah satu keunggulan penggunaan screen sebagai layar proyeksi visual bisa menghadirkan sett yang spektakuler dan menciptakan daya tarik tersendiri.

~ Properti , termasuk benda – benda yang melekat pada tubuh para aktornya, terencana dengan baik dan detail.

~ Kostum : rancangan tata busana yang tepat, memperkuat penggambaran karakter dan tempat peristiwa terjadi. Disain seragam, warna, model, atribut hingga sepatu terencana dengan baik.

~ Blocking ; penataan gerak dan posisi aktor di panggung tergarap dengan cermat, moving para aktor dibawakan dengan koreografi yang dinamis, energik dalam menciptakan interaksi antara aktor.

~ Akting : karena mayoritas pemerannya adalah para mahasiswa dan lulusan jurusan teater, hampir semuanya memiliki kemampuan rata – rata yang diperlukan seorang aktor/ aktris. dengan jam terbang yang cukup dari pengalamannya sebagai pemain pada pementasan sebelumnya. Proses latihan yang cukup panjang [lebih dari 35 kali pertemuan, menurut keterangan Sutradara], karakter dan chemistry mereka terbentuk. Dialog, ekspresi, gerak semuanya tergarap. Karena usia pemain rata – rata masih muda, stamina sangat prima, dari awal hingga akhir pertunjukan sangat menguras energi dan mereka tampil dengan total.

Sebelum mengulas lebih jauh, kiranya perlu membahas perihal penggabungan antar disiplin seni pada sebuah pementasan teater yang mempergunakan teknologi digital/ mapping project secara umum, sebagai pijakan pemahaman yang melandasi sudut pandang ulasan ini.

Teknologi Pendukung

• Projection mapping, teknologi memungkinkan untuk menampilkan gambar diam [still] atau gambar bergerak [motion picture] ke permukaan tiga dimensi, menciptakan efek visual yang realistis dan imersif.

[Pada pra pentas sewaktu Sutradara [ Prof. Yudi Aryani] muncul ke panggung bersama Music Director (Dr. Memet Chairul Slamet] dan membawakan sebuah Puisi diiringi live musik, pada screen terpampang footage, visual gambar diam yang kuat, dan menciptakan daya pikat serta menumbuhkan rasa penasaran ; apa kebaharuan yang di tawarkan “Dialog Antigone” nanti (?)

Mapping project memungkinkan mengubah suasana panggung dalam hitungan detik.
Teknologi ini dapat mengurangi biaya produksi, dan memperkaya pengalaman visual penonton.

[Ini salah satu keunggulan teknologi digital yang secara visual mampu menghadirkan latar tertentu sesuai lakon yang dibawakan.
Ada pepatah :”sebuah gambar bisa memiliki kekuatan melebihi seribu kata – kata”
Itu tentu disadari sepenuhnya oleh Multimedia Director & Team, sehingga disain gambar diam yang menjadi prioritas visual pada awal pementasan mampu menyajikan gambar megah dan penuh makna.
Sebuah disain visual yang dibuat secara cermat tentunya.

• Penggunaan Artificial Intelligence (AI) membantu menciptakan elemen pertunjukan menjadi lebih dinamis dan interaktif. Gambar yang semula diam kemudian menjadi gambar bergerak.
AI dapat digunakan untuk
mengembangkan ide cerita, menjaga alur cerita, dan memperbaiki konsistensi narasi.

• Efek Khusus Digital, memberikan fleksibilitas bagi produksi teater, memungkinkan perubahan desain visual secara cepat menggunakan kontrol teknologi.

Dalam mengoptimalkan penggabungan antar disiplin seni tadi diperlukan :

• Integrasi yang harmonis, dengan memastikan teknologi yang digunakan terintegrasi dengan baik dalam pertunjukan, tidak mengganggu jalannya cerita atau akting pemain.

[Selain berfungsi sebagai bidang proyeksi mapping dan visual lain, layar dibagian belakang stage telah dimanfaatkan dengan baik oleh Dialog Antigone, dengan menampilkan siluet gerakan para aktor di belakang layar yang menciptakan bayang – bayang bergerak. Hal ini menjadikan ketergantungan dan meleburnya batas multimedia dengan Pengadegan teaternya. Visual on screen dan action on stage berlangsung sinkron. Menyatu]

• Harus selalu menjaga keseimbangan, menciptakan keseimbangan yang tepat antara teknologi dan elemen tradisional dalam pertunjukan teater.

• Harus selalu mempertimbangkan penggunaan teknologi yang relevan dengan tema dan tujuan pertunjukan.

Mengantisipasi risiko dan solusi

• Gangguan Teknis, bisa saja terjadi.
Risiko gangguan teknis dapat diantisipasi dengan melakukan pengujian dan perawatan peralatan sebelum pertunjukan.

[Semakin banyak jumlah pertemuan untuk latihan bersama, antara multimedia dan adegan teaternya, resiko terjadinya kendala teknis akan semakin kecil]

• Hindari ketergantungan pada teknologi, usahakan dan pastikan bahwa, pertunjukan tidak terlalu bergantung pada teknologi. Sehingga apabila terjadi kendala teknis, faktor “x”, pertunjukan masih dapat dinikmati oleh penonton.

[Pada Dialog Antigone, nampaknya tak terjadi kendala teknis yang fatal. Seandainya ada, yang tahu hanya team multimedia yang merancang urutan visual yang hendak ditampilkan]

[Bagian kedua, bersambung[

Penulis Tito Pangesthi Adji.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *