Budaya

Panggung Demokrasi Dalam Kemasan Pertunjukan Teater Rakyat

107
×

Panggung Demokrasi Dalam Kemasan Pertunjukan Teater Rakyat

Sebarkan artikel ini

Yogyakarta/ suaraglobal.co.id

Jabatan dan kekuasaan menjadi dambaan dan incaran banyak orang. Karena dengan memiliki keduanya, berbagai keinginan menjadi lebih mudah untuk diwujudkan menjadi suatu kenyataan. Peluang menjadi kaya pun terbentang lebar. Peraturan dan hukum mudah dimainkan. Setidaknya begitulah obsesi Bu Summier (diperankan Aniek Dhenok) Suaminya, Pak Summier (di perankan Patah Anshori) telah menjabat sebagai Lurah Desa Tanah Basah selama 2 periode dan hampir habis masa jabatannya. Bu Summier ingin “Njago Lurah” agar bisa menggantikan kedudukan suaminya. Ia meminta ijin suami untuk menjual aset yang mereka miliki sebagai modal kampanye.
Pada mulanya suami keberatan, tetapi sang istri ngotot, bersikeras minta dukungan.
Pak Lurah, yang diam-diam sedang punya satu rencana, ingin menikahi seorang gadis penari tayub, mengijinkan istrinya menjual aset asal di ijinkan punya istri kedua.
Anak lelakinya Asmoro Putro protes, keberatan jika aset keluarga dijual. Ya kalau menang dalam pemilihan, jika kalah kan aset keluarga yang seharusnya menjadi hak anak terancam hilang, bisa jatuh miskin.

Dari satu keluarga ini kemudian muncul berbagai konflik kepentingan.

Jika suaminya ingin punya dua istri, sebagai istri pun, Bu Summier merasa punya hak untuk punya suami lebih dari satu. Ia terpikat oleh jeratan asmara pria muda, Bambang Ombak (di perankan Adhit), yang seolah-olah meladeni cintanya. Makanya Bu Summier begitu memanjakan dan menuruti segala keinginannya.

Tapi ternyata, Bambang Ombak sendiri bermaksud mencalonkan diri sebagai lurah dengan modal dari hasil memoroti uang Bu Summier. Lebih ruwet lagi, Bambang Ombak juga memacari Penari Tayub Dadi (diperankan Keysa), yang ditaksir oleh Pak Lurah Summier dan hendak dijadikan istri kedua.

Sementara, warga desa Lemah Basah yang menginginkan desanya maju, dan pemerintahan yang bersih, mengusung seorang gadis, sarjana S2 Komunikasi, Yayi untuk dicalonkan sebagai lurah.

3 kontestan berkampanye. Adegan ini dikemas dalam bentuk tarian oleh koreografer RM. Kreff.
[Bu Summier dengan tanda gambar Mawar, Bambang Ombak tanda gambar Rajawali, Yayi dengan tanda gambar Padi].

Ketua Karang Taruna,Yatno (diperankan RM.Kreff) yang semula hendak menjadi tim sukses Bu Lurah Summier, mengalihkan dukungan untuk adiknya sendiri, Yayi.

Mak Goprak, mantan primadona tayub desa Lemah Basah menjadi tim sukses Bu Summier. Ia berharap bisa besanan dengan Bu Summier. Anak perempuannya yang naksir Asmoro Putro anak Bu Summier, ikut menjadi tim sukses Mawar. Berharap bakal dijadikan menantu oleh Bu Summier.

Persoalan makin kompleks. Ada seorang ibu rumah tangga yang minggat dari rumah karena sering menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Ada persekongkolan dan money politik untuk meraup dukungan suara calon pemulih. Ada aktifis desa yang ingin mengawal demokrasi yang sehat. Sarat dengan konflik dramatik.

Dan akhirnya pemilihan lurah dimenangkan oleh kontestan bertanda gambar Padi. Yatno Sebagai Ketua Karang Taruna dengan dukungan warga desa Lemah Basah menyelenggarakan acara Serah Terima Jabatan lurah lama pada lurah terpilih, secara tradisi desa Lemah Basah. Acara itu dirayakan dengan menggelar tari tayub, sebagai ungkapan rasa syukur bahwa pesta demokrasi yang telah berlangsung dengan aman.
Warga kembali bersatu dengan tekad membangun ekonomi masyarakat menuju adil makmur, juga nguri – uri adat tradisi budaya desanya.

Naskah karya Dr.Senny Saleh & Dr.Shanty Saleh, di pentaskan oleh Teater Sani 86, di Teater Arena, ISI Yogyakarta, 19/9/2025.
Dengan sutradara Senny Saleh.

Pementasan Anulier Summier, dikemas sebagai Pertunjukan Teater Rakyat dengan gaya sampakan agar lebih dengan penonton.

Pementasan di buka dengan sebuah prolog tentang “Perempuan”, oleh Dr.Shanty Saleh, dan tarian tunggal oleh RM.Kreff.
Penata Musik Mamiek Kubro.

Pada setiap transisi pergantian adegan, sengaja di tampilkan aktifitas team Setting yang mempersiapkan sett props dari balik layar/ backdrop ke arena pertunjukan.
Jika pada teater modern, lazimnya pergantian sett properties ini dilakukan dengan pencahayaan remang-remang dan semua crew berpakaian hitam, pada pertunjukan Anulier Summier ini aktifitas transisi itu justru ditampilkan sebagai bagian dari pertunjukan itu sendiri.
Team Setting juga mengenakan kostum seperti layaknya warga desa, yang laki – laki mengenakan surjan dan blangkon, yang perempuan mengenakan kain dan kebaya. Transisi yang diarahkan oleh Reno, berhasil merebut perhatian penonton dan memperkuat daya pikat sebuah pertunjukan teater rakyat.

Penulis Tito Pangesthi Adji

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *