Surabaya//suaraglobal.co.id – Bulan suci Ramadan menjadikan momen istimewa bagi umat muslim untuk ibadah dan pemahaman keagamaan. Hal tersebut momen Ramadan di manfaatkan SMK Ketintang Surabaya dengan mengadakan Pesantren Ramadan dilaksanakan mulai 17-20 Maret 2025 selama 4 (empat) hari Pelaksanaan Pesantren Ramadan SMK Ketintang Surabaya untuk 2 (dua) hari pertama di ikuti peserta didik kelas X. Kemudian hari Rabu sampai Kamis di ikuti siswa siswi kelas XI.
“Total mengikuti Pesantren Ramadan sebanyak 1.200 peserta didik kelas X dan kelas XI,” ujar Kepala SMK Ketintang Surabaya, Agung Nugroho diwakili, Wakil Kepala (Waka) Kesiswaan SMK Ketintang Surabaya, Heffrizza Ahmad saat ditemui suaraglobal.co.id disela seusai membuka Pesantren Ramadan tersebut, Senin (17/3).
Dia menambahkan, bahwa pelaksanaan Pesantren Ramadan terbagi menjadi beberapa sesi. Untuk sesi pertama sekitar pukul 07:30-12:30 WIB, dan sesi kedua pukul 15:30-20:00 WIB serta berlanjut salat terawih bersama di sekolah.
“Kegiatan Pesantren Ramadan ini murid-murid semakin semangat hingga membawa manfaat positif bagi mereka semuanya,” tutur Heffriza.
Masih kata dia, siswa siswi saat Pesantren Ramadan di bekali dengan praktik keahlian kewirausahaan.
“Praktik keahlian berwirausaha diikuti kelas X sampai XI saja. Sedangkan, kelas XII tidak mengikuti (Pesantren Ramadan maupun praktik wirausahaan). Sebab, persiapakan menghadapi pelaksanaan ujian,” jelasnya.
Lebih lanjut Heffriza Ahmad menyampaikan menariknya siswa siswi mengikuti Pesantren Ramadan mendapatkan bekal materi keagamaaan dengan bekerja sama oleh pemateri dari luar.
“Kita hadirkan pemateri dari luar. Siswa siswi lebih intens menerima ilmu pengetahuan agama Islam akidah dan fiqih. Alhamdulillah, mereka antusias nyaman, karena pemateri berpengalaman sesuai bidangnya,” papar Heffriza Ahmad.
Pesantren Ramadan SMK Ketintang Surabaya juga mengedepankan pelaksanaan P5 atau Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Lanjut kembali Heffriza mengatakan, bertemakan kearifan lokal dan bangunlah jiwa raganya.
“Jadi, kearifan lokal menanamkan rasa cinta dan bangga terhadap warisan budaya. Misalnya, saat menjelang berbuka puasa siswa siswi bekal menu buka puasa dengan khas Surabaya,” tuturnya.
Kemudian, Heffriza mengungkapkan, untuk tema bangunlah jiwa raganya menerapkan perilaku sehat, disiplin, dan sayang terhadap diri sendiri. Memiliki jiwa dan mental yang sehat. Menjadikan teladan bagi orang-orang sekitar. Memiliki sikap religius. Membangun keseimbangan emosional.
“Itu kaitannya tidak jauh dengan Pesantren Ramadan dalam pembentukan siswa siswi dapat meningkatkan keimanan, maupun ketaqwaan yang dapat berguna bagi mereka,” imbuhnya. (vfz)
